Laman

Sunday, June 16, 2013

Dongeng : KISAH TABIB PENGEMBARA (Bagian 2 )


Rupanya Mentari sudah mulai agak bersahabat, sinarnya agak sedikit meredup tidak terlalu terik seperti sebelumnya. Dijalanan kampung yang sedikit terjal dan pinggir -pinggirnya banyak ditumbuhi rumput -rumput liar itu, mereka berdua berjalan dengan santai, sesekali terdengar  suara tawa diantara obrolan mereka.

" Maaf tuan, Tuan begitu hebat dalam ilmu mengobati pengobatan, pastilah saat tuan masih muda, tuan berguru pada seorang tabib yang hebat dan terkenal seperti tuan sekarang, kalau boleh saya tahu siapa nama atau julukan guru tuana tersebut?,...." tanya si pelayan pada si Tabib.

Mendengar pertanyaan si pelayan, Si Tabib  hanya tersenyum dan berkata pada si pelayan " Tidak, aku tidak pernah belajar cara mengobati atau berguru pada siapapun" jawab si Tabib enteng

Si pelayan mengernyitkan keningnya karena tidak begitu paham dengan jawaban si tabib, ia pun bertanya kembali " Apa maksud tuan dengan tidak pernah belajar,..."


******


Si tabibpun mulai menceritakan kisah hidupnya, dan bagaimana awal mula dia bisa mengobati orang yang sakit,
"Masa mudaku, bisa di bilang merupakan lembaran paling suram dari catatan perjalanan hidupku, saat aku seusiamu aku sudah menjadi perampok yang sangat ditakuti di daerah asalku, mungkin karena kebengisanku, karena saat itu aku sama sekali tidak kenal dengan yang namanya rasa kasihan juga rasa takut, siapapun yang berani melawanku, maka nyawa mereka yang akan jadi taruhannya, tapi kemudian kejadian itu merubah jalan hidupku " si tabib menghentikan ceritanya sejenak untuk menghela napas panjang, seolah berusaha melepaskan beban dari bayangan masa lalu kehidupannya yang kelabu, setelah sejenak melirik ke arah si pelayan yang tampak penasaran, ia kembali meneruskan kisahnya
 " Pagi itu aku berniat pulang ketempat persembunyianku di sebuah Goa yang berada di tengah - tengah hutan, sehabis menjarah sebuah desa, karena aku merasa lelah setelah merampok dan berjalan hampir semalaman, sesampainya di tepi hutan aku putuskan untuk beristirahat dulu sebentar.

waktu itu aku sedang duduk beristirahat di atas sebuah batu, tiba - tiba aku mendengar suara yang tertawa, suaranya terdengan nyaring dan berulang sampai beberapa kali, tentu saja aku merasa marah dan dan tersinggung, karena aku pikir suara itu di tujukan untuk meledekku, tapi ketika aku melihat -lihat ke sekelilingku, ternyata tidak ada manusia di tempat itu kecuali aku, aku pun sesumbar menantang orang yang berani menertawakanku itu, berharap orang itu mau menampakan diri,

tapi benar benar di luar dugaanku, karena ternyata yang menertawakanku itu bukanlah manusia, melainkan hanya seekor burung kecil, burung itu terbang mendekat dan bertengger disalah satu ranting pohon yang tidak jauh dari tempat aku berdiri, dan tidak hanya itu, kekagetanku bertambah ketika ketika aku tahu kalau burung kecil yang memiliki warna bulu sangat indah itu juga bisa bicara layaknya manusia, dia bicara kepadaku dengan suara nyaringnya;
" Hai manusia,,,kenapa kau harus merasa tersinggung ketika aku menertawakanmu, bukankah kau memang pangtas untuk di terwakan? "

Waktu itu, dengan berang aku aku bertanya pada burung kecil itu "Apa maksudmu burung sialan, apa kau ingin aku bunuh!?...."

Burung kecil itupun kembali bicara, menimpali kata - kataku, dari suaranya yang lantang aku tidak merasakan ada rasa takut sedikitpun pada burung itu, meskipun aku mengancamnya " Hai manusia, Aku diciptakan hanya sebagai burung kecil, tapi aku masih bisa memberi manfaat pada makhluk lainnya, setidaknya aku masih bisa membuat manusia merasa senang ketika mendengar kicauan merduku saat pagi hari, tapi lihat dirimu apa manfaatmu untuk yang lain, yang kamu lakukan selama ini hanya membawa kerugian dan kesengsaraan bagi manusia lainnya"  kata burung itu sambil terbang meninggalkanku dan hilang diantara rimbunnya dedaunan.


Setelah kejadian aneh itu, entah kenapa hatiku tidak pernah bisa tenang, aku selalu merasa gelisah, ucapan burung kecil itu seperti terus menghantuiku dan terus mengiang di telingaku,

Sejak saat itu, aku putuskan untuk berhenti merampok, semua harta hasil rampokanku yang aku kumpulkan di Goa tempat persembunyianku, aku bagi - bagikan pada orang - orang miskin di kampung - kampung yang pernah aku rampok, sampai habis tidak tersisa sedikitpun, tapi hatiku tetap saja diselimuti keresahan dan kegelisahan,

hampir dua tahun aku tidak keluar dari hutan itu, aku hanya memakan apa saja yang tersedia didalam hutan itu, siang malam yang aku lakukan hanya memohon, berharaf yang maha kuasa masih mau memaafkan kesalahku yang menggunung, dan aku berharaf yang maha kuasa masih berkenan, menjadikanku orang yang biasa memberi banyak manfaat pada makhluk lain dalam sisa umurku.

Sampai pada suatu hari, aku sedang mencari buah - buahan untuk persediaan makananku, tanpa sengaja aku terpeleset dan jatuh dari tebing yang sangat tinggi, aku tidak tahu entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, yang aku ingat, ketika aku tersadar, kakiku terasa sangat sakit dan tidak bisa di gerakan, mungkin tulang- tulangnya patah, saat itu yang ada dalam benaku, itulah saat dimana aku akan segera sampai pada ajalku, aku tahu persis, di hutan itu tidak ada manusia lain selain diriku, jadi tidak mungkin ada yang bisa menolongku. tapi tiba - tiba aku mencium aroma harum yang semerbak, ternyata berasal dari bagian kakiku yang terluka, karena terdorong rasa penasaran, aku coba untuk memegang kakiku, dan sungguh ajaib ketika tanganku menyentuh kakiku, rasa sakitnya tiba - tiba hilang dan kakiku sembuh seperti sedia kala.

Sejak saat itu, setiap ada binatang yang sedang sakit atau terluka disekelilingku, hidungku akan mencium aroma wangi yang semerbak dan aku bisa menyembuhkannya hanya dengan menyentuhnya dengan tanganku, tapi jika di sekelilingku ada benda atau apapun yang di dapatkan dengan cara yang tidak baik maka hidungku akan mencium bau busuk yang menyengat.

Akhirnya aku putuskan untuk keluar dari hutan itu dan mengembara, agar aku bisa mengobati banyak orang dan memberi manfaat pada mahluk lain, seperti keinginanku" 

Si tabib mengakhiri ceritanya sambil tersenyum pada si pelayan yang tampak kagum mendengar kisah perjalanan hidupnya, si pelayan pun berkata " ternyata kisah hidup tuan benar - benar hebat, dan setelah menyimak cerita  tuan, dan semua rasa penasaran saya sekarang terjawab sudah, kenapa tuan tidak mau memakan jamuan dan tinggal berlama -lama dirumah majikan saya  pasti karena tuan mencium bau busuk dan tuan merasa tidak nyaman, karena memang majikan saya itu, mengumpulkan harta kekayaannya, dengan cara menjadi Lintah darat dan menindas orang - orang yang memang sudah susah, tapi kalau tuan tahu kalau majikan saya bukan orang baik, kenapa tuan masih mau menolong majikan saya dengan cara mengobatinya hingga sembuh?,...." tanya si pelayan pada si tabib.

" Siapapun dia, tidak peduli teman atau musuh kita, orang yang kita suka atau tidak kita suka, orang yang menyukai kita atau yang membenci kita, jika membutuhkan pertolongan kita dan kita mampu untuk memberi pertolongan, sudah jadi kewajiban kita untuk menolongnya, karena apapun yang kita miliki hanyalah titipan yang maha kuasa yang harus kita gunakan sebagaimana harusnya, soal dia orang baik atau bukan, itu tanggung jawab dirinya sendiri" Si tabib menjelaskan alasannya.

*****

tanpa terasa mereka sudah sampai di batas kampung, merekapun berpisah, si tabib kembali meneruskan perjalanan panjangnya, sedang si pelayan kembali kerumah majikannya dengan membawa segudang kekaguman pada laki -laki sederhana yang baru saja berpisah dengannya di batas kampung, ia juga merasa beruntung karena telah mengenal dan mendapat pelajaran berharga dari kisah hidup sang Tabib Pengembara.





                                                                                           ( SELESAI )




No comments:

Post a Comment